Sejarah Palang Merah Internasional (PMI)
Sejarah Palang Merah Internasional (PMI)
Pernahkah Anda menonton film soal peperangan? Nah, seberapa pun mengerikan dan tidak berperikemanusiannya peperangan itu, tetap ada tenaga kesehatan yang bekerja secara sukarela di sana dan bertugas merawat korban perang. Semua korban perang memiliki hak yang sama di depan tenaga medis; tidak peduli dia kawan atau lawan. Wah, kok bisa ya? Ini, nih, sejarahnya.
Pada hari Jumat, 24 Juni 19859 di Solferino—sebuah kota kecil yang terletak di dataran rendah Provinsi Lambordi, Italia Utara kurang lebih 9 km di selatan Danau Garda yaitu sebuah danau yang luas di perbatasan Provinsi Lambordi dan Veneto—berlangsung pertempuran sengit antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria (pasukan Raja Franz Jasef). Pertempuran tersebut berlangsung selama enam belas jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit serta menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40.000 orang meninggal dalam pertempuran yang akhirnya dimenangkan oleh Prancis dan Italia.
Jean Henry Dunant (1828—1910) adalah seorang warga negara Swiss yang dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia. Ia menyaksikan sendiri perang mengerikan yang terjadi di Italia Utara itu. Ia waktu itu sedang dalam perjalanan untuk menemui Kaisar Prancis, Napoleon III, guna keperluan bisnis. Namun, menyaksikan pandangan yang sangat mengerikan membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu Kaisar Napoleon III. Sementara kala itu, bantuan medis tidak cukup untuk merawat korban perang yang amat banyak.
Akhirnya Henry Dunant memutuskan untuk memakai gereja di desa Castiglione itu sebagai rumah sakit darurat. Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan untuk menolong para korban perang. Kata-kata bijak yang diungkap Henry Dunant saat itu adalah siamo tutti fratelli (kita semua bersaudara). Kata-kata itu membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membeda-bedakan. Wah, keren ya?
Setelah kembali ke Swiss, Henry Dunant menuangkan kesan dan pengalamannya ke dalam buku yang diterbitkan pada bulan November 1862. Buku itu berjudul Un Souvenir de Solferino atau dalam bahasa Inggris disebut A Memory of Solferino. Dalam bukunya itu, Henry Dunant mengajukan dua gagasan, yaitu:
1. Membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat dipersiapkan pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan saat perang.
Usai tulisan Henry Dunant diterbitkan, banyak diselenggarakan konferensi yang membahas mengenai perlindungan korban perang dsb. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional akhirnya disahkan dalam konverensi internasional Palang Merah ke XXV di Jenewa, tahun 1986.
Itulah sekilas mengenai sejarah Palang Merah Internasional. Semoga bermanfaat. ^^
Sumber: catatan pribadi penulis.
Pernahkah Anda menonton film soal peperangan? Nah, seberapa pun mengerikan dan tidak berperikemanusiannya peperangan itu, tetap ada tenaga kesehatan yang bekerja secara sukarela di sana dan bertugas merawat korban perang. Semua korban perang memiliki hak yang sama di depan tenaga medis; tidak peduli dia kawan atau lawan. Wah, kok bisa ya? Ini, nih, sejarahnya.
Pada hari Jumat, 24 Juni 19859 di Solferino—sebuah kota kecil yang terletak di dataran rendah Provinsi Lambordi, Italia Utara kurang lebih 9 km di selatan Danau Garda yaitu sebuah danau yang luas di perbatasan Provinsi Lambordi dan Veneto—berlangsung pertempuran sengit antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria (pasukan Raja Franz Jasef). Pertempuran tersebut berlangsung selama enam belas jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit serta menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40.000 orang meninggal dalam pertempuran yang akhirnya dimenangkan oleh Prancis dan Italia.
Jean Henry Dunant (1828—1910) adalah seorang warga negara Swiss yang dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia. Ia menyaksikan sendiri perang mengerikan yang terjadi di Italia Utara itu. Ia waktu itu sedang dalam perjalanan untuk menemui Kaisar Prancis, Napoleon III, guna keperluan bisnis. Namun, menyaksikan pandangan yang sangat mengerikan membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu Kaisar Napoleon III. Sementara kala itu, bantuan medis tidak cukup untuk merawat korban perang yang amat banyak.
Akhirnya Henry Dunant memutuskan untuk memakai gereja di desa Castiglione itu sebagai rumah sakit darurat. Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan untuk menolong para korban perang. Kata-kata bijak yang diungkap Henry Dunant saat itu adalah siamo tutti fratelli (kita semua bersaudara). Kata-kata itu membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membeda-bedakan. Wah, keren ya?
Setelah kembali ke Swiss, Henry Dunant menuangkan kesan dan pengalamannya ke dalam buku yang diterbitkan pada bulan November 1862. Buku itu berjudul Un Souvenir de Solferino atau dalam bahasa Inggris disebut A Memory of Solferino. Dalam bukunya itu, Henry Dunant mengajukan dua gagasan, yaitu:
1. Membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat dipersiapkan pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan saat perang.
Usai tulisan Henry Dunant diterbitkan, banyak diselenggarakan konferensi yang membahas mengenai perlindungan korban perang dsb. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional akhirnya disahkan dalam konverensi internasional Palang Merah ke XXV di Jenewa, tahun 1986.
Itulah sekilas mengenai sejarah Palang Merah Internasional. Semoga bermanfaat. ^^
Sumber: catatan pribadi penulis.
loading...
0 Response to "Sejarah Palang Merah Internasional (PMI)"
Posting Komentar